“Belajar Sejarah, untuk apa? Emang penting?”
Itulah kalimat pertanyaan yang sering terucap dari siswa-siswi tingkat SD bahkan sampai tingkat SMA. Pelajaran sejarah memang sering dianggap sebagai pelengkap dari mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Bahkan, image negatif sering terucap begitu mendengar kata “belajar sejarah” atau bahkan kalimat “sejarah” itu sendiri. Realita yang terjadi memang seperti itu. Sejarah selalu dianggap tidak penting. Pelajaran yang suka atau hobi sekali memerintahkan siswanya untuk menghapal angka tahun, nama tokoh, lokasi, dan sebagainya. Pelajaran yang konon membuat seseorang menjadi “susah move on,” karena terus mengenang masa lalunya. Pelajaran yang membosankan sekali bahkan tak sedikit siswa yang tertidur di kelas atau “kabur” dari kelas untuk pergi ke kantin. Kesan tidak bagus pun tercipta ketika sejarah tidak dimasukkan dalam mata pelajaran yang dimasukkan dalam Ujian Nasional.
Sejarah memang bukan pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional baik tingkat SD, SMP, maupun SMA. Namun, bagi Quipperian yang sudah mencapai kelas XII SMA, tentu harus ingat bahwa perjuangan kalian bukan hanya sebatas sampai Ujian Nasional atau biasa disingkat UN. Setelah selesai UN, sobat pasti menginginkan agar dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ternama di Indonesia. Dalam usaha untuk menjadi salah satu mahasiswa di PTN ternama tersebut, tentunya sobat Quipperian harus melalui beberapa ujian. Seperti yang sudah diketahui, minimal ada tiga jalur untuk masuk ke PTN tersebut:
1. Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Jalur ini adalah jalur pertama yang harus dilalui oleh sobat Quipperian jika ingin masuk ke PTN. Jalur ini bisa dibilang jalur aman. Karena memang untuk masuk ke PTN melalui jalur ini, sobat Quipperian tidak usah melakukan tes tertulis. Cukup meng-input nilai rapor dari semester satu sampai lima saja sudah cukup. Paling penting, pelajaran yang dihitung adalah mayoritas pelajaran yang di-UN kan saja. Tidak ada sejarah, kan? Memang, tapi itu jika Quipperian beruntung masuk ke PTN melalui jalur ini. Jika tidak? ttnang, masih ada jalur kedua.
2. Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)
Ini adalah jalur kedua sobat Quipperian, untuk masuk ke PTN. Jalur ini mewajibkan untuk sobat Quipperian melakukan tes tertulis dengan ditambah tes-tes tertentu jika mengambil jurusan-jurusan tertentu. Pelajaran yang diujikan yang antara lain:
- Untuk IPA atau yang biasa disebut kelompok Sain-Tek (Tes Potensi Akademik, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika IPA, Biologi, Kimia, dan Fisika)
- Untuk IPS atau Sos-Hum (Tes Potensi Akademik, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sejarah, Ekonomi-Akuntansi, Sosiologi, dan Geografi). Jalur ini juga memberikan kesempatan bagi sobat Quipperian untuk mengambil jurusan lain (misal IPA ingin pindah ke IPS ataupun sebaliknya) atau yang biasa disebut kelompok Campuran. Tentu saja yang diujikan adalah pelajaran dari dua kelompok IPA dan IPS Tes Potensi Akademik, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika IPA, Biologi, Kimia, Fisika, Sejarah, Ekonomi-Akuntansi, Sosiologi, dan Geografi).
Waktu pelaksanaan ujian ini hanya satu hari dengan sistem penilaian apabila jawaban benar akan dikalikan 4 (+4), dan jika salah akan dikurangi 1 poin (-1). Jatah masuk melalui jalur ini hanya ±30% dari kuota yang tersedia (±50% sudah digunakan di jalur SNMPTN). Karena kuota yang sedikit ini, jangan harap sobat Quipperian mendapatkan soal-soal ujian dengan bobot yang mudah.
3. Jalur Seleksi Ujian Mandiri
Ini adalah jalur terakhir yang disediakan oleh PTN untuk siswa-siswi kelas XII yang berminat bergabung menjadi bagian dari mahasiswanya. Jatah yang disediakan melalui jalur ini hanya ±20% dari kuota yang tersedia. Pelajaran yang diujikan pun bervariasi sesuai PTN yang dituju.
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa untuk menjadi mahasiswa di PTN tersebut Quipperian harus menguasai semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Khusus siswa IPS mereka juga harus mampu mengerjakan soal-soal sejarah. Masih menganggap remeh sejarah?
Sekarang mari kita fokus saja ke kelompok Sos-Hum. Bagi kelompok ini, waktu yang diberikan oleh panitia dalam mengerjakan soal-soal Sos-Hum hanya 75 menit, terbagi dalam 15 untuk pengisian identitas di Lembar Jawaban Komputer (LJK) dan 60 menit untuk pengisian jawaban di lembar tersebut. Total soal yang diujian dalam ujian Sos-Hum adalah 60 yang terdiri dari sejarah (15 soal), ekonomi-akuntansi (15 soal), Geografi (15 soal), dan sosiologi (15 soal). Jika dirata-ratakan, maka Quipperian harus mengerjakan satu soal dengan waktu satu menit.
Bagaimana dengan soal ekonomi-akuntansi yang mayoritas memberikan soal hitung-hitungan dengan bobot minimal sedang sampai sulit? Bagaimana dengan soal geografi juga yang terkadang memberikan soal hitungan? Sosiologi pun sesekali memberikan soal hitungan. Tersisa satu-satunya pelajaran yang tidak pernah memberikan soal hitungan, yakni sejarah.
Nah, berikut ada beberapa tips agar nantinya Quipperian tidak bingung lagi dalam mengerjakan soal sejarah baik dalam ujian SMBPTN maupun ujian lainnya, yakni:
1. Kenali dahulu materi-materi sejarah apa saja yang diujikan dalam SBMPTN maupun Ujian Mandiri
Materi-materi yang diujikan dalam SBMPTN maupun Ujian Mandiri adalah semua materi yang sudah diajarkan dari Quipperian belajar di kelas X-XII, yakni Konsep dasar sejarah, Kehidupan Pra-aksara di Indonesia, sampai tentang materi Peristiwa Mutakhir Abad ini. Dan semuanya dirangkum dalam 15 soal sejarah.
2. Kuasai konsep dasar
Langkah berikutnya adalah Quipperian mulai dari sekarang mencoba membaca tentang materi-materi sejarah yang sudah diajarkan oleh guru dikelas. Terlalu banyak? Tenang, ada tipsberikutnya!
3. Perkuat yang kuat, tinggalkan yang lemah
Maksud dari kalimat di atas adalah, Quipperian harus mampu mengukur kemampuan diri sendiri terhadap penguasaan akan materi tersebut. Perbanyak bacaan tentang materi yang benar-benar dikuasai (contoh ketika Quipperian tertarik dan menguasai materi Orde Baru, maka harus sering banyak membaca tentang materi tersebut). Apabila Quipperian merasa tidak bisa sedikit pun terhadap materi itu (contoh seperti materi kerajaan Hindu-Budha di Indonesia), maka hindarilah!
4. Mulailah “peka” terhadap soal
Umumnya soal-soal sejarah yang diujikan dalam SBMPTN maupun Ujian Mandiri sudah memberikan kunci jawaban di soalnya sendiri. Tugas Quipperian hanya cukup “peka” terhadap soal tersebut, dan tentunya menguasai konsep dasarnya terlebih dahulu.
5. Perbanyak latihan soal
Ini solusi berikutnya apabila Quipperian ingin dengan mudah mengerjakan soal sejarah. Ingat, ada peribahasa yang mengatakan bahwa “orang bisa karena terbiasa”. Dengan seringnya Quipperian mengerjakan soal-soal sejarah, maka diharapkan mampu menemukan pola soal yang sering dikeluarkan oleh PTN.
Selamat berpikir dan mencoba!